HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
A. PENDAHULUAN
Dalam
lingkungan biosfer organisasi mahluk hidup yang jumlahnya diperkirakan mencapai
10 juta jenis diantaranya mahluk hidup tersebut terdapat organisme yang
termasuk dalam “Kingdom Animalia” yang disebut hewan (Jones dalam Ernawati,
2008) Hewan merupakan organisme
multiseluler yang cenderung tidak
berdinding sel, mempunyai sistem syaraf kompleks, bersifat heterotrof dan hampir
sebagian besar dapat bergerak (mobil).
Kelompok
hewan terbagi dalam berbagai kelompok taksa, yang terdiri dari Filum (phylum), mulai dari Porifera yang paling
sederhana seperti Spongia sp. Hingga
filum Chordata sebagai kelompok hewan yang paling kompleks dan paling tinggi
kedudukannya secara taksonomi, diantaranya adalah Tunicata spp (avertebrata) dan berbagai hewan vertebrata seperti
ikan, amfibi, reptil, burung dan mamalia.
Hewan
memiliki kemampuan merespon berbagai macam rangsangan dari lingkungannya, baik
abiotik atau lingkungan biotik yang ditanggapi oleh seperangkat alat tubuh
seperti organ saraf yang dapat mendeteksi berbagai perubahan kondisi
lingkungannya. Dalam hal ini sistem saraf mengkordinasi informasi yang diterima
oleh saraf sensoris yang dengan cepat dapat merespon rangsangan dari
lingkungannya.
Keberadaan organisme
di perairan dipengaruhi oleh faktor fisika maupun kimia di lingkungan tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah suhu, kuat arus, pH dan juga bahan-bahan
kimia. Semakin banyak bahan kimia yang mencemari lingkungan perairan, berarti
semakin sedikit organisme yang toleran terhadap lingkungan tersebut sehingga keragaman
spesies pada lingkungan tersebut akan menurun (Aprilia, 2013).
Kehidupan
hewan tidak berdiri sendiri tetapi akan berinteraksi dengan mahluk hidup lain,
faktor lingkungan fisika dan kimia, dan habitat atau tempat hidupnya. Beberapa
perilaku hewan dalam mencari makan atau berpindah tempat karena musim
seringkali merupakan petunjuk perilaku yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Menurut Suin dalam Ernawati (2008) interaksi antara hewan dengan faktor
lingkungan dapat menentukan perilaku, kepadatan dan penyebaran hewan di alam.
Hewan
dapat didefinisikan sebagai “sekelompok mahluk hidup multiseluler yang
berevolusi dari organisme eukaryote yang memiliki nenek moyang protista”
(Alters dalam Ernawati, 2008). Sebagai organisme heterotrof sel tubuh hewan
selalu mengalami spesialisasi dan mempunyai bermacam-macam fungsi terutama
untuk pembentukan struktur tubuh, metabolisme, menerima rangsang, pergerakan
dan reproduksi.
Untuk
berbagai tujuan dan kemudahan, Kingdom Animalia dibagi menjadi 2 kelompok yang
besar yaitu Avertebrata dan Vertebrata. Kelompok hewan memiliki keragaman yang
besar dan hidup atau menempati hampir disetiap habitat atau ekosistem di bumi,
baik di daratan, perairan tawar, atau perairan laut (Solomon and Berg, Brum
dkk, Starr dalam Ernawati, 2008).
Secara
umum hewan memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.
Semua hewan adalah organisme eukaryotik
multiseluler yang tersusun dari sejumlah besar dan bermacam-macam sel yang
telah terdeferensiasi dan membentuk organ spesifik serta memiliki fungsi
tertentu.
2.
Hewan adalah organisme heterotrof yang
memperoleh materi dan nutrisi dari organisme produsen dan konsumen, parasit
atau organisme penghancur dan pengurai (terutama hewan kecil seperti serangga
tanah, semut atau rayap) sebelum bakteri atau jamur menguraikannya lebih
lanjut.
3.
Kebanyakan hewan dapat bergerak dan
berpindah tempat pada suatu saat dalam daur hidupnya, sehingga dapat
mempengaruhi pola sebaran atau distribusinya.
4.
Hewan adalah organisme diploid yang
sebagian bersama (terutama vertebrata) memiliki reproduksi seksual yang akan
berperan dalam interaksi antar jenis dalam suatu populasi hewan.
5.
Kebanyakan hewan mempunyai sistem saraf dan organ sensoris yang dengan cepat
mampu merespon dan berinteraksi dengan setiap rangsangan dari lingkungannya.
Dengan karakteristik tersebut hewan
sebagai komponen penyusun komunitas biotic dalam suatu ekosistem mempunyai
peran dan fungsi penting untuk habitat dan lingkungan serta mahluk hidup
lainnya. Peranannya terutama selain sebagai konsumen seperti hewan herbivora, pemangsa
dan parasit sebagai produsen (misalnya ikan dimakan burung pecuk) dan
kadang-kadang dapat berperan juga sebagai hama penyakit yang dapat mengubah
kondisi lingkungannya.
B. HEWAN
SEBAGAI ORGANISMEE HETEROTROF
Dalam suatu
ekosistem terdapat dua cara mahluk hidup memperoleh energi untuk hidupnya. Yang
pertama adalah mahluk hidup yang memperoleh energi dari matahari dari sumber
materi anorganik melalui proses fotosintesis. Organisme yang memanfaatkan energi
tersebut dikenal sebagai organisme autotrof
dan yang kedua adalah organisme heterotrof
yaitu mahluk hidup yang memperoleh energi dari mahluk lain yang menjadi sumber
makanannya dan sebagai konsumen. Organisme heterotrof
adalah “semua mahluk hidup yang memperoleh energi dari materi organik yang
berasal dari mahluk hidup lain (tumbuhan, hewan dan mikrobiota) termasuk organisme
saprofit dan organisme pembusuk dan pengurai yang memperoleh energi dari organisme
yang telah mati dan mengalami dekomposisi” (Stiling, Smith dalam Ernawati, 2008).
Semua organisme,
baik yang masih hidup maupun yang telah mati merupakan sumber energi yang
potensial dan sumber makanan untuk mahluk hidup lainnya. Berbagai cara untuk
memperoleh energi dan sumber makanan dilakukan oleh hewan. Dengan berbagai cara
pula hewan menyesuaikan diri dalam memperoleh makanan dan menangkap mangsa,
memanfaatkan jenis-jenis makanan tertentu, serta dengan berbagai cara
menghindarkan diri dari tangkapan hewan lainnya akan berlangsung dalam suatu jaring-jaring
kehidupan, melalui bermacam-macam tipe rangkaian rantai makanan dan
jarring-jaring makanan.
Contoh hal
tersebut terdapat dalam suatu ekosistem halaman rumah atau kebun. Ulat larva
kupu-kupu kenari (Cricula
trifenestrata) yang terdapat di pohon adalah komponen konsumen primer
yang memakan daun alpukat (Persea
americana) sebagai produsen. Burung perenjak (Prinia familiaris) yang memakan ulat itu
adalah konsumen sekunder apabila kucing rumah (Felis domestica) sebagai karnivora memangsa burung tersebut kucing
akan berfungsi sebagai konsumen tersier. Pohon alpukat, ulat, burung dan kucing
apabila mati oleh jamur dan bakteri pengurai yang berperan sebagai konsumen
mikro kemudian akan diuraikan, dicerna dan sebagai sumber energi.
Di
alam terdapat pula mikroba lain yang akan berperan memakan organisme pengurai
tersebut. Demikianlah proses makan-memakan atau makan memangsa akan terus
berlangsung dalam jaring-jaring kehidupan di halaman rumah atau kebun. Di situ
terlibat bahwa dalam ekosistem tersebut selain daun alpukat sebagai produsen,
ulat, burung perenjak, kucing, jamur dan bakteri, semuanya adalah komponen
ekosistem yang berperan sebagai organisme heterotrof.
C. MACAM-MACAM
HEWAN HETEROTROF
Dalam
kedudukannya sebagai organisme konsumen, hewan-hewan heterotrof sesuai dengan
apa dan bagaimana memperoleh makanan dan jenis makanannya dapat dikelompokkan
menjadi hewan herbivora, hewan karnivora, hewan pemangsa, hewan pembusuk dan
pengurai.
1.
Hewan Herbivora
Hewan
herbivora adalah “hewan yang memakan
tumbuh-tumbuhan (sel atau jaringan tumbuhan, baik sebagian atau seluruhnya)
sebagai sumber energi bagi kehidupannya dan mampu mengkonversi energi yang
tersimpan dalam jaringan tumbuhan menjadi jaringan hewan”(Brewer, Smith,
Crawley dalam Ernawati, 2008)
Hewan
herbivora yang telah beradaptasi dan hidup dengan mengkonsumsi kadar selulosa
yang tinggi dalam makanannya, tubuhnya telah dilengkapi alat pencernaan yang
dapat mencerna jenis makanan seperti daun, kulit batang atau cabang, bunga,
buah atau biji dan mempunyai gigi untuk memamah, lambung yang khusus pada hewan
ruminansia, usus yang panjang, caecum yang telah berkembang dengan baik, dan
memiliki usus yang dapat membantu mencerna selulosa.
Hampir lima puluh persen insekta
adalah mahluk herbivora. Organisme herbivora lainnya sangat bervariasi, mulai
dari mamalia seperti tikus sawah dan gajah, burung pemakan biji, angsa, keong
dan berbagai ulat di darat, penyu laut, duyung juga termasuk copepoda dan
rotifer yang mengkonsumsi fitoplankton.
Hewan
herbivora sebagai hewan makro konsumen primer dapat dibagi menjadi 2 golongan
hewan yaitu:
a)
Hewan herbivora yang memakan secara
langsung tumbuhan atau bagian tumbuhan, terutama dedaunan. Contohnya adalah
hewan-hewan herbivora besar seperti gajah, kambing atau domba. Hewan herbivora
kecil seperti belalang kelinci dan sebagainya.
b)
Hewan herbivora yang makanannya sebagian
besar hasil atau bagian tumbuhan yang berfungsi dalam proses fotosintesis
seperti biji, buah atau kacang-kacangan. Contohnya antara lain owa, burung rangkong
dan tupai. Dalam kelompok ini termasuk pada hewan pangisap cairan tumbuhan atau
pemakan cambium batang seperti Aphid
dan Wereng.
Berdasarkan
bagaimana dan bagian mana bagian tumbuhan yang dimakan, hewan herbivora sering
dikelompokkan pula menjadi hewan herbivora tipe perumput dan hewan herbivora
tipe perambah.
a)
Hewan herbivora perumput adalah “herbivora
yang memakan tumbuhan berupa rerumputan, herba dan semak”, misalnya banteng,
kerbau atau belalang.
b)
Hewan herbivora perambah yaitu “herbivora
yang memakan daun, cabang dan ranting tumbuhan berkayu” misalnya rusa, kambing
atau jerapah.
Perbedaan herbivora
perumput dan herbivora perambah sering tidak jelas karena hewan memakan bagian
tumbuhan dilakukan dengan cara menggigit sebagian, menyobek atau mengerat.
Selain itu hewan herbivora sering dikelompokkan pula dalam bagaimana caranya
hewan memperoleh bagian tumbuhan sebagai makanan. Berdasarkan hal tersebut,
Brewer dalam Ernawati (2008) membagi hewan herbivora menjadi beberapa kelompok
yaitu:
a)
Pemakan daun (foliovora), buah (frugivora),
biji-bijian (granivora) atau nektar
(nektivora) misalnya burung pengisap
madu, kera pemakan daun, atau buah atau burung pemakan biji-bijian
b)
Pelubang daun. Misalnya larva lalat,
kumbang, kupu-kupu, yang sering memakan jaringan di bawah epidermis daun
c)
Pelubang akar, batang, buah atau biji.
Misalnya lalat dan kumbang pelubang batang.
d) Pemakan
akar, beberapa jenis hewan avertebrata seperti cacing nematoda, mamalia
penggali lubang yang sering memakan akar.
e)
Pengisap tumbuhan. Kebanyakan serangga
hemiptera dan homoptera membuat lubang di batang atau daun untuk mengisap
cairan yang berasal dari jaringan tersebut.
f)
Pembentuk tonjolan berupa “gall” yang
akan diisap oleh serangga seperti lalat atau tawon.
2.
Hewan Karnivora
Organisme karnivora adalah “mahluk hidup berupa
hewan atau tumbuhan yang memakan atau yang memanfaatkan hewan lain sebagai
makanan dan sumber energi untuk kehidupannya” (Stiling dalam Ernawati, 2008).
Hewan ini menggunakan energi tersimpan yang berasal dari organisme ototrof,
memanfaatkan kembali dan menguraikan materi bahan organis yang kompleks menjadi
materi bahan anoganik yang lebih sederhana. Dalam proses tersebut hewan
karnivora akan mempercepat laju alir dan transformasi energi serta daur materi.
Sumber
energi dan kehidupan hewan karnivora sebagai organisme pemakan daging sebagian
besar diperoleh dari hewan herbivora. Berdasarkan apa, bagaimana dan bagian
mana yang menjadi makanan hewan-hewan karnivora, terdapat beberapa jenis organisme
karnivora. Misalnya hewan karnivora pemakan daging disebut predator, pemakan ikan disebut piscivora
dan pemakan serangga dinamakan insektivora.
Sedangkan hewan-hewan yang mengkonsumsi atau memakan inang dinamakan parasit
atau parasitoid. Terdapat beberapa
jenis tumbuh-tumbuhan memiliki sifat organisme karnivora, misalnya kantong
semar (Nephentes sp.)
3.
Hewan Pemangsa (Predator)
Hewan
pemangsa adalah “ mahluk hidup yang
memakan sebagian atau seluruh bagian tubuh mahluk hidup lain sebagai mangsa
atau prey”. Hubungan antara predator
dan mangsanya dinamakan predasi. Hubungan ini sangat penting karena peranan
predator yang memangsa dan memakan mangsanya itu harus terjadi demi
kelangsungan hidup predatornya (McNaughton and Welf dalam Ernawati, 2008)
Predator
adalah hewan yang memburu dan memakan mangsanya, sedangkan mangsa adalah
sebaliknya (Suzyanna, 2013). Hewan predator yang besar sebagai konsumen disebut
makro konsumen, baik sebagai
konsumen sekunder, konsumen tersier atau karnivora puncak: contohnya antara
lain serangga pemangsa, laba-laba, ikan, katak, ular, kadal, burung atau hewan
mamalia pemangsa yang terdapat di padang rumput, savanna, hutan atau perairan
darat dan laut. Tak semua organisme makro konsumen memperoleh makanan dari satu
jenjang saja, makanannya dapat berasal dari tumbuhan maupun hewan, organisme
ini dikenal sebagai omnivora. Contohnya
beberapa rodentia kecil atau anjing hutan merah (Vulpus vulva) yang memakan beri dan hewan lain yang mati. Termasuk
manusia yang memakan hewan dan tumbuhan.
Menurut Sunarno
(2006) Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh
atau memangsa atau serangga lain, ada beberapa ciri-ciri predator :
a)
Predator dapat memangsa semua tingkat
perkembangan mangsanya ( telur, larva, nimfa, pupa dan imago ).
b)
Predator membunuh dengan cara memakan
atau menghisap mangsanya dengan cepat.
c)
Seekor predator memerlukan dan memakan
banyak mangsa selama hidupnya
d) Predator
membunuh mangsanya untuk dirinya sendiri
e)
Kebanyakan predator bersifat karnifor
f)
Predator memiliki ukuran tubuh lebih
besar dari pada mangsanya
g)
Dari segi perilaku makannya, ada yang
mengunyak semua bagian tubuh mangsanya, ada menusuk mangsanya dengan mulutnya
yang berbentuk seperti jarum dan menghisap cairanya tubuh mangsanya.
h)
Metamorfosis predator ada yang
holometabola dan hemimetabola
i)
Predator ada yang monofag, oligofag dan
polifag.
Menurut
hasil penelitian Sari (2014), salah satu
predator dari belalang yaitu laba-laba. Interaksi belalang dan laba-laba
bergantung pada kualitas makanan dan suhu. Laba-laba lebih efektif mengurangi
populasi belalang pada saat suhu rendah. Perubahan suhu harian dapat mempengaruhi
pola interaksi antara laba-laba dan belalang
4.
Dekomposer (organisme pengurai dan
pembusuk)
Keberadaaan
dekomposer akan menyediakan materi cadangan sebagai komponen-komponen bahan
anorganik yang dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali oleh mahluk hidup
lain. Organisme decomposer sendiri dalam memenuhi kebutuhan akan energi dan
nutrisi memperoleh bahan-bahan organik dan anorganik dari mahluk hidup yang
telah mati.
Organisme
dekomposer adalah “ organisme yang memperoleh energi untuk kehidupannya dan
senyawa kimia anorganik yang berasal dari panguraian hewan atau tumbuhan yang telah mati”. Proses
dekomposisi berlangsung melalui proses pembusukan (terutama hewan yang mati)
yang kemudian diikuti dengan proses penguraian menjadi bahan-abahan anorganik
dan bahan-bahan lain melalui berbagai cara mekanis dan reaksi enzimatis.
Menurut Ellenberg dalam Kunarso (2011),Peranan
bakteri heterotrofik berfungsi sangat vital sebagai dekomposer di lingkungan
laut, dimana material–material organik akan diurai menjadi
konstituen-konstituen yang lebih sederhana sebagai unsur hara yang essensial.
Pada akhirnya unsur-unsur hara tersebut sebagai nutrien bagi organisme laut
dalam jaringan makanan sesuai dengan tingkatan tropiknya. Sehingga pada akhirnya
bakteri heterotrofik dapat merupakan komponen biotik sebagai penjaga
keseimbangan ekosistem laut dan penyedia nutrisi bagi kehidupan organisme laut.
DAFTAR
REFERENSI
Aprilia,
Herlin. 2013. Struktur Komunitas Vertebrata dan Invertebrata Air pada Petak Sawah
Organik di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika. Malang. Vol. 1, No. 4, 2013
Ernawati. 2008. Ekologi Hewan. Makassar; Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Kunarso, Djoko Hadi. 2011. The Study of
Fertility Marine Ecosystem of Southeast Sulawesi Based on Bacteriological
Aspect. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis Jakarta. Vol. 3, No. 2, Hal. 32-47, Desember 2011
Sari, Ria Pravita. 2014. Efek Refugia
Pada Populasi Herbivora di Sawah Padi Merah Organik Desa Sengguruh, Kepanjen,
Malang. Jurnal Biotropika. Malang. Vol. 2, No. 1, 2014
Sunarno.
2006. Pengendalian
Hayati ( Biologi Control ) Sebagai Salah Satu Komponen Pengendalian Hama
Terpadu (Pht). Karya Ilmiah. Halmahera.
Suzyanna.
2013. Interaksi
Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen Prey. Journal of Scientific Modeling & Computation. Natural-A, Volume 1 No.1 – 2013. ISSN
2303-0135.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar